Ini anehnya bersedekah

Sumber gambar tengokdanrasa.blogspot.com
Bersedekah kepada sesama memang hal yang wajar kita lakukan. Dan sudah menjadi kewajiban kita sebagai sesama manusia untuk saling membantu dan tolong menolong dalam kebaikan. Namun, bagaimana dengan perjalanan uang sedekah kita?

Terkadang kita berfikir, sedekah kita sampai nggak ya? atau mendingan dikasihkan sendiri langsung ke orang yang membutuhkan. Sebelum itu mari tilik sekumpulan orang-orang yang berada di pinggir jalan atau setidaknya nongkrong di trafic light yang konon katanya mencari sesuap nasi. Apakah cara mereka benar?

Masih ingat berita penemuan pengemis bernama "walang" dengan uang simpanannya 25 Juta..!!
lebih lengkap di sini http://bit.ly/1aUqhIZ

Ceritanya bakal panjang. Di satu sisi kita dilarang (maksud: pemerintah) untuk membudayakan memberikan uang di pinggir jalan, namun di sisi lain kita merasa iba, atau jika kita tidak memberi mereka bisa jadi fatal akibatnya. Mengancam atau menggores kendaraan kita.

Tidak ngaku malak
Suatu ketika saya pernah perjalanan ke luar pulau jawa, kebetulan melihat perkumpulan pengamen (sebut saja pengamenisasi preman) sedang beraksi. Mereka dengan seenaknya masuk bus-bus kota dan kadang bus pariwisata. Tidak mau dibilang malak, tapi maksa. Tidak mau dibilang preman, tapi jual suara. Bilangnya seperti itu. Lantas, harus bagaimana?.

Saya pun berbincang dengan salah seorang pemandu tour yang sudah melalang buana menghadapi mereka yang sering ngrecokin di bus-bus kota. Dia bilang bahwa, pemerintah sudah berupaya untuk menekan premanisasi di lokasi ini (pelabuhan domestik) waktu itu, namun hasilnya fatal. Preman lebih sadis, mereka dilarang mengamen di bus, alhasil bus jadi sasaran amukan preman dan punggawanya. 

"Di tengah jalan bus kami pernah dilempari bongkahan batu besar-besar. Lihat itu bekasnya." Ucap tour guide itu sambil menunjuk kaca depan bus yang retak.

Salah siapa? mereka?. Dengan minim pendidikan mereka akan terus berdalih untuk menjual suara mereka. Jika dilarang, fasilitas umumlah yang jadi sasaran. Jika tidak keresahan khalayak umum yang dikorbankan. Kenyamanan berada di lokasi perpindahan ini menjadi taruhan. Alhasil menajadi salah satu alasan turis asing untuk berfikir ulang jika harus berlibur di Indonesia.

Pemerintah seolah tidak peduli
Saya tidak mengatakan pemerintah tidak peduli, namun saya hanya ingin mengatakan bahwa tindakan dan kebijakan yang pemerintah lakukan tidak strategis. Kebijakan yang hanya melihat dari permasalahan, menemukan solusi dan langsung terapkan dengan resiko dampak yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut terkadang lebih besar. Kebijakan strategis sebaiknya dengan cara mengambil tindakan tanpa resiko, dengan multiple efek yang membuat masalah utamanya selesai. Walaupun butuh proses dan waktu.

Misalkan, kebijakan strategis dilakukan dengan mencanangkan pendidikan grati untuk anak jalanan diimbangi dengan ketrampilan bekerja. Buat obyek masalah menjadi kawan, bukan lawan.

Menjamurnya lembaga sodaqoh
Jika kita melihat dari sudut pandang lain, ada hal yang aneh dalam sedekah kita. Banyak sekali orang yang berlomba-lomba untuk menciptakan lembaga penyalur sedekah. Tapi jarang yang berlomba-lomba untuk memperbanyak sedekahnya itu sendiri.

Ironi bukan, Pemerintah pun sudah menyediakan lembaga penyalur sedekah resmi. Seperti Badan amil dan Zakat Nasional (BAZNAS). Tapi justru lebih banyak lagi lembaga amal yang berusaha menyainginya. Saya tidak tahu motif mereka untuk membuat itu. Saya kira jika mereka (lembaga amal) memiliki tujuan yang sama, kenapa tidak satu saja...!!  

Tak usah beribu-ribu lembaga amal,  cukup satu yang mumpuni. Bisa dipercaya. Kontrol lebih jelas. Semua pun akan tahu uang yang bangsa indonesia sedekahkan berapa, yang terkumpul berapa. Bisa untuk kajian juga. Katanya dengan Zakat, rakyat Indonesia tidak akan miskin lagi.

Coba buktikan...!!

Sekian, follow @badinesia


Unknown
Unknown

Previous
Next Post »

Post Comment