“Mah..” seorang gadis
kecil berambut kepang dua tiba-tiba mendekati wanita setengah baya yang sedang
duduk di kursi taman. Memandangnya lugu dengan halus dan tanpa incaran yang
berarti. Mengusik ketenangan yang tengah dinikmatinya dalam keramaian suasana.
Gadis
kecil itu bukanlah anak manja yang meminta mamanya untuk mengambilkan bulan.
Bukan pula gadis yang nakal yang meminta bermain kuda-kudaan di tengah taman.
Tapi dialah gadis manis yang selalu membuat mamanya pusing dengan pertanyaan-pertanyaan
yang terlalu tinggi untuk ditanyakan oleh anak seusianya.
“Mah..
kakak-kakak itu sedang apa?”
“Mana?,
yang mana..?”
“Itu
yang duduk berdua di bawah pohon.”
Mamanya
hanya tersenyum dengan pertanyaan Laras yang dianggapnya terlalu dini untuk
tau. Mungkin dirinya belum siap menghadapi jawaban yang pasti akan
membingungkan. Nah disinilah peran seoarng ibu yang sangat penting. Ibu adalah
ensiklopedia berjalan yang selalu jadi referensi pertama saat anaknya bertanya.
Menjadi sumber jawaban paling terpercaya dan pertama diterima oleh seorang anak.
Jangan pernah menggadaikan keingintahuan mereka dengan kebingungan yang
terpendam hingga mereka malas untuk mempelajari, karena jawaban ibunya yang
tidak dapat dimengerti. Dan jangan pula menghancurkan jiwa untuk mempelajari
hal baru dengan menyembunyikan jawaban yang semestinya mereka dapatkan.
“Ko
mama diam..?”
“Mereka
berdua itu sedang ngobrol-ngobrol aja…”
“Ngobrol
ko cuma berdua..?” Laras tampak kecewa dengan jawaban mamanya. Kegerutuan muncul
dalam benaknya.
Mama
kembali tersenyum dan kembali membuat Laras penasaran. Terang sekali sedang
menyembunyikan sesuatu dari dalam pikirannya. Mengubur dalam-dalam jawaban yang
menjadi hak anaknya. Meminjam jawaban dari pertanyaan lain yang tidak terlalu
berharga untuk diungkapkan.
“Kamu
beneran pengen tahu..?” tangannya melekat erat di kedua bahu anaknya. Muka
Laras tetap dilipat untuk menunjukan ketidak
mood annya. Dia tetap diam meregang semua jawaban yang telah ibunya
berikan.
“Nanti
kalau kamu udah gedhe kan tau..?”
“Apa
bedanya sekarang sama nanti kalau udah gedhe..?”
Laras
membuat ibunya bingung dan kaget dengan pertanyaan yang terakhr dilontarkannya.
Membuat semua yang ada di sekelilingnya merasa bersalah dengan hal yang telah
terucap. Mungkin rasa penasaraannya akan semakin terpupuk dan tumbuh subur
karena keengganan seorang ibu untuk menjelaskan semuanya.
“Hemm… “
“Mereka
sedang pacaran ya ma..? temen sekelas Laras juga ada yang pacaran, tapi nggak
kayak gituan..?” Laras menarik tangan ibunya perlahan seolah sedang menebak
campur menggoda dengan wajah dirona-ronakan.
“Sudah
sore yuk pulang..!!” mama mengalihkan perhatian dan beranjak berdiri dari kursinya.
“kenapa
ma? Ayo jawab..?”
“Nanti
tanyakan sama papa yah. Papa kayaknya udah pulang deh.. yuk..?”
Laras
murung selama perjalanan pulang. Hanya karena pertanyaan simpel yang tidak ada
jawabannya. Hanya karena rasa ingin tahu akan semua hal yang merasuk dalam
jiwanya.
Seorang
ibu pun akan merasa bersalah jika menjawabnya dengan rinci. Anaknya akan
menelan bulat-bulat apa yang diucapkannya dan bahkan membuat pikirannya kacau
dan mengganggu proses belajarnya. Jika pun tidak dijawab atau dijawab tanpa
kejalasan, anak itu akan semakin penasaran dan akan berusaha mengorek lebih
lanjut dengan caranya sendiri.
Nah,
disini peran seorang ibu sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Mangkanya,
calon ibu-ibu ini harus rajin-rajin membaca…
Ya nggak..?
Semarang, 3 April 2013
Badiuzzaman
Post Comment
2 komentar
setuju sekali mas,, aku juga calon ibu. harus rajin membaca dari sekarang :)
membaca adalah kebutuhan ^^
Betul sekali.. membaca adalah kebutuhan.
Seneng deh kalo liat orang-orang rajin baca..
Terimakasih kunjungannya..
EmoticonEmoticon