Greeting Berpola


How can I do for you?” kalimat itu terlalu lama mengiyang dikepalaku. Diucapkan oleh orang yang sama sekali tidak aku kenal. Boro-boro tau namanya, pernah melihat atau membayangkannya saja tidak pernah. Berpakaian rapi seperti orang-orang kantoran yang lain. Mungkin  memang profesinya mengisyaratkan harus terus terlihat prima dan trendi agar dapat mencerminkan kinerja perusahaan. Tapi mungkin itu memang dibutuhkan untuk menyenangkan hati klient.
Tapi tak pernah habis pikir. Saya setiap kali menjadi klient perusahaan ini pasti mendapat kata sambutan yang tidak pernah berubah. Dari tahun ke tahun selalu menampangkan muka yang bercorak sama, tanpa celah, tanpa guratan keraguan yang bisa menjatuhkan wibawa profesi itu. Walaupun orang yang  melayani saya setiap tahunnya berbeda. Mungkin saja orang yang melayani tahun kemaren, saat ini sudah berada di kelas manajemen yang lebih tinggi di perusahaan itu. Atau justru sebaliknya. Promosi dan demosi selalu mewarnai dunia kerja mereka.
Suatu saat saya senang dengan ucapan-ucapan halus mereka yang seolah memberikan air segar di tengah panasnya tenggorokan yang benar-benar meradang sampai ke lambung. Bagaikan oasis yang muncul tiba-tiba di tengah padang pasir yang gersang segersang-gersangnya.
Namun di saat lain, saya merasakan teramat bosan dengan Greeting yang berpola itu. Seolah telah menjadi ucapan yang tak pernah tergantikan.  Menjadi kata yang terus diucapnya selama seharian. Hanya ada satu warna. Tak bisa diajak bicara. Mungkin mereka itu sengaja dihilangkan jiwa kemanusiaannya. Seperti robot yang memang disetel untuk mengatakan hal-hal yang sama setiap harinya. Sangat membosankan.

Di lain pihak, mungkin manajemen yang baik akan memberikan keleluasaan bagi para officer nya untuk melayani klien sebaik-baiknya. Mengikuti keinginan klient tanpa harus dibatasi dengan tembok penghadang Greeting berpola tersebut.
Anehnya lagi, ketika saya berada di posisi lain. Di perusahaan lain. Di pelayanan yang lain. Aroma nampak jauh berbeda. Nampak bebas sebebas-bebasnya, bahkan terlalu bebas. Mereka mengombang-ambingkan Client sesuka hati mereka. Tanpa rule yang jelas. Tanpa kejelasan emosional kemanusiaan yang membuat orang pantas untuk dipuji. Keberadaan mereka justru menurut saya sangat mengganggu. Tidak bisa diajak  kompromi. Emosional kemanusiaan yang berlebihan.
Pernah suatu ketika saya berusaha membandingkan perusahaan yang akan saya “tarik” produknya. Saat itu saya sengaja menanyakan banyak hal untuk mengetahui detail lebih dalam dari produk itu. Walaupun saya sudah tau, tapi ini sengaja saya lakukan untuk mengetahui pemahaman mereka yang bertanggung jawab menjelaskannya. Tak sampai tiga pertanyaan mendalam saya lontarkan, officer itu langsung bersesunggutan pertanda tidak senang. Setelah itu saya langsung pergi menginggalkan produk itu. Walaupun sebentar lagi saya beli, tapi ternyata si officer itu tidak bisa menampakkan keramahan untuk para customernya. Mungkin jika saya sebagai manajemen perusahaan itu, dan tau akan kejadian ini saya akan menegur atau bahkan mendemosinya agar lebih peka lagi terhadap customer.
Semua itu jelas belum bisa dijadikan pegangan yang kencang. Harus ada kajian yang lebih mendalam untuk mempelajari ini. Saya hanya berharap agar para officer dimanapun berada, harus senantiasa menjaga seni bermanusia dan tidak menghilangkan rule yang harus dilakukan sebagai seorang yang profesional.

Semarang, 11 Februari 2013
Badiuzzaman
Badiuzzaman
Badiuzzaman

Previous
Next Post »

Post Comment