Culture Shock



Culture Shock merupakan kondisi dimana kita sulit untuk beradaptasi dengan kebiasaan atau budaya sekitar. Kemaren adalah hari yang takan pernah terlupakan dalam hidupku, culture shock membuatku "kikuk" pada keadaan disana. Siapa yang ngga "kikuk" kalau harus hidup seperti itu.
Tepatnya di lahan sengketa perbatasan di wilayah Demak, hari itu saya dan aku dan satu temanku menginap untuk melaksanakan salah satu amanah dari dosen. Mengamati sosiologi masyarakat pesisir dan menggunakan salah satu alat tangkap yang banyak digunakan disana. Awalnya kami mendapat amanah untuk 5 hari operasi penangkapan namun karena satu trip penangkapan ternyata dapat dilakukan 18 operasi maka kami pun diperkenankan hanya menggunakan 3 hari.
Hari pertama terasa begitu berat untuk dijalani, hari itu hari kamis. Hari yang begitu biasa sebenarnya dalam hidupku namun menjadi luar biasa ketika hari itu kegiatan kami begitu luar biasa. Jauh dari apa yang kami bayangkan, semua hidup begitu unik dan menantang. 
Sore hari datang dari semarang, tepatnya dari kampus untuk menuntaskan amanah yang sedikit terundur karena beberapa hal. Sore itu terasa sangat istimewa karena sambutan yang begitu mempesona. Bertemu dengan seluruh anggota keluarga yang akan kami tumpangi selam 3 hari kedepan. Walaupun bahasa yang kami gunakan untuk berkomunikasi terasa begitu kurang nyambung tapi di coba untuk sambung sambungkan, soalnya disana yang bisa bahasa indonesia dengan lancar hanya anak laki lakinya yang notabene lulus SD. Cerita-cerita kami pun berlanjut terus sampai malam tiba, diselingi dengan shalat magrib dan isya di mushala terdekat.
Sejak malam itulah culture shock mulai terasa, suasana kekeluargaan satu kampung terasa begitu hangat. Takan terasa sedikitpun kesenjangan diantara keluarga disana. Mulai dari berangkat ke Mushala bareng sampai berangkat ke Laut bersama-sama diantar sanak saudara. Namun hal yang sangat disayangkan, masalah sanitasi yang kurang diperhatikan. Tak ada kata bersih dari lalat dan nyamuk.
Malam pun tiba sekitar pukul 9 kami sudah begitu ngantuk dan tak tahan lagi untuk membaringkan badan di kasur.
"sudah ngantuk de.." (translete dari bahasa jawa)
"lumayan pak"
"yasudah tidur saja"
"baik pak,"
"nanti saya ambilkan bantal"
(dalam hati ku berpikir, "bantal" ga ada kamar atau tempat tidur ya)
"ini bantalnya, tidur di situ ga papa ya, beginilah kondisi kami"
"oh ya, ga papa"
(memang kalo aku mah ga paapa, tapi bagaimana dengan rekanku yang satu lagi  kan cewe)
"bapak ngga tidur pak?"
"saya mah tidurnya maleman, nanti tenang saja, udah kalian tidur aja dulu"
Beberapa menit selanjutnya kami pun mencoba untuk tidur, tentunya di tempat berpisah, saya di samping jendela dan temanku di depan TV bersama anak perempuan bapaknya, beberapa jam berselang sampai jam 12, tak bisa sedikitpun mengejamkan mata. Nyamuk yang begitu ganas, bagaikan semut yang menemukan gula di tengah jalan. Namun heran nya, diantara keluarga tak ada satupun yang merasa terganggu, apakah hanya aku yang ga kebal atau bagaimana.
Seribu pikiran datang membahana, gmana kalau nanti kena DB, atau malaria atau apapun.. oh oh,, mungkin aku berpikir berlebihan. Tapi itu mungkin saja karena sanitasi yang kurang diperhatikan.
"Oh nyamuk nyamuk, kau mengusik ketenanganku.."
Nambah heran lagi ketika mendengar suara tetangga yang bertanya
"Pak Bu, kenapa tidur diluar.?"
"Cuma cari angin" jawab bapak dan ibu
sejenak aku berfikir, apakah si pemilik rumah tidur di luar, agar kami bisa tidur di dalam. Setelah tek coba untuk "melongok" melalui jendela, ternyata benar mereka tidur di luar. Seribu kata ga enak ku coba kuburkan dalam-dalam.
Suara dangdut khas daerah pesisir yang terus terdengar dari kanan dan kiri rumah menambah penyiksaan batin dalam kepalaku.
Culture sHOCK yang terakhir di hari pertama terjadi ketika aku mau ****
"Pak, bu kalau mau buang air dimana ya?"
"Mau pipis atau mau Be0::?"
"Hmm, mau itu bu yang kedua.?"
"Oh gitu, kalo mau pipis di belakang, kalo mau B*** di belakang sana jauh, tu bawa senter..."
Wah ternyata diantar ke jamban yang begitu besar dengan satu bambu dan satu pegangan, 
"Itu buang disana"
Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..!!!!!!!!!!..
yang benar saja,,
"Ga jadi ah bu, nanti siang saja di SPBU sana"
"SPBU jauh dari sini dek, apa tek anter ke rumah nya pak Ismail , yang ada toiletnya.?
"hmmmm, yaudah lah/."(begitu terpaksa)
"Alhamdulilah deh sudah keluar"
tapi seribu kali ku berfikir satu kampung hanya ada satu atau dua rumah yang punya toilet..?
oh, semoga mereka diberi penghidupan yang lebih layak lagi. Seandainya nanti saya sudah menjadi orang yang berhasil, pasti saya takan pernah melupakan orang orang yang masih sangat membutuhkan bantuan seperti mereka,..
*Bersambung untuk hari kedua dan ketiga
Badiuzzaman
Badiuzzaman

Previous
Next Post »

Post Comment