Gambar pesta ulang tahun (sumber) |
Ku hempaskan badanku di kamar tanpa memikirkan
apapun. Sampai magrib menjelang aku tak melihat siapapun di rumah. Oh tidak,
jangan-tangan mama masih marah gara-gara kemaren aku mecahin vas bunga kesayangan mama. “Mati aku” pikirku. “Dari pada
nanti aku kena semprot, mending malem ini tidur di rumah Vina aja, kan tumahnya
dekat”.
Tanpa pikir panjang aku langsung memasukan
beberapa baju di dalam tas, termasuk baju untuk sekolah besok pagi. Langkah
seribu aku ambil langsung menuju pintu depan. Sebagai salam perpisahan, aku
menoleh ke belakang dan berucap “Dah mama, dah papa, dah Heykal.. untuk semalam
saja aku mau minggat.” Aku tinggalkan sepucuk surat di bawah puntu.
“Glek..glek..” ko pintu tidak bisa dibuka. Wah
jangan-jangan rusak. Terkurung di dalam. Aku terus mencoba. Tiba-tiba “Dep”
lampu mati. Suasana gelap begitu mencekam. Aku ketakutan. “Tolong.. Tolong..”
aku terus berteriak minta tolong. Tanpa henti. Tanpa lelah. Hingga air mataku
pun mengalir. Aku menangis.
“Happy birth day.. Hapy birthday…. Hapy
Birthday Nina..” terdengar suara nyanyian dari luar rumah. Pintu itu terbuka
dengan sendirinya. “Mama…!!”Aku melihat mama membawa kue besar, entah apa itu
namanya dengan lilin berbentuk 17 diatasnya. Aku melihat papa, Heykal dan
bahkan teman-teman sekelasku ada di halaman rumahku semua. Ternyata tak ada
yang lupa dengan hari ulang tahunku. Semua tersenyum hangat melihatku. Aku terenyuh
dan aku lengah, dari belakang menyiramku dengan air, telor dan tepung.
Aku bahagia…
Cerita ini diikutsertakan dalam Event #poscardfiction yang diadakan oleh @kampungfiksi dan @smartfrenworld
Semarang, 29 Desember 2012
@Badi_Uzzaman
Post Comment
2 komentar
wah, bikinnya langsung tiga cerita? salut, deh, buat dek Badi ^_^
Haha,, iya mba, kalo hobinya lagi memuncak gini nih. Melampiaskan ide untuk hal yang lebih bermanfaat..
ayo mba semangat nulis lagi...
EmoticonEmoticon