RESENSI SANG PEMIMPIN (Kumpulan Cerpen Sori Siregar)

Gambar Buku Sang Pemimpin

Judul                : Sang Pemimpin
Penulis             : Sori Siregar
Penerbit           : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Cetakan           : I Desember 2006
Tebal               : 162 halaman.

Sejak pertama kali menganalisa cover ini saya sudah hampir bisa nebak pasti bercerita tentang kehidupan jaman dulu. Antah barantah. Ternyata benar. Gaya bahasa sastrawan zaman dahulu memang sangat berbeda dengan sastrawan kekinian (baca: kontemporer). Sentuhan sastra dalam buku ini benar-benar membuatku kagum. Jadi teringat buku-buku zaman balai pustaka dulu. Siti Nurbaya-nya Marah Rusli, Merari Siregar. Entah itu pujangga baru atau balai pustaka atau apalah saya tak mengerti benar sejarah sastra di indonesia. Tapi yang jelas saya kagum dengan bahasa-bahasa “aneh”nya mereka. Permainan kata-kata yang klise dan kurang saya mengerti (di jaman sekarang, mungkin kata itu in di jamannya). Mempesona. Sampai saya cari di kamus pun ga ketemu artinya apa. Seperti contoh kata “warlock”. Istilah ini setelah saya cari dari pustaka lain ternyata artinya itu istilah yang biasa disebut untuk menyebut daerah-daerah rawan. Entah rawan apa maksudnya.        

Baiklah overall isi dari buku ini masih bisa dicerna olah otak anak muda jaman sekarang. Buku ini berisi kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh penulis ternama pada jamannya dulu. Penulis yang lahir pada 12 November 1946 ini memberikan nuansa jaman dahulu banget. Semua cerpen diberi sentuhan premis yang bener-bener mantok pada saat itu. Tahun penulisan kisaran tahun 60an sampai tahun 80 an. Ide ceritanya unik dan tak terbayangkan oleh penulis saat ini.
Salah satu cerpen yang menjadi  biji buku ini yakni yang berkisah tentang seorang pemimpin bernama Karim. Pemuda ini mendapat amanah untuk memimpin desanya karena dia memiliki public speaking yang sangat bagus. Kuliah di luar negeri dengan title pakai bahasa inggris. Bahkan orang-orang di desa sana sulit untuk menyebutkan title nya itu. Dari situlah penulis memberikan bumbu yang sepadan dengan kondisi pemerintahan pada tahun 1980 an. Pemerintahan diktator. Perebutan kekuasaan. Permainan politik hingga pemimpin bukan lagi pelayan masyarakat tapi sebaliknya.
Si Karim yang mendapat gelar dari selandia baru ini menganggap dirinya orang  yang paling pintar di kompleks. Seluruh warga bangga dengan gelar yang dimiliki Karim. Semua orang mengiyakanan apa perkataannya. Hingga semua sadar bahwa perkataan itu hanya sebatas omongan dan semua itu adalah kebohongan yang mengasyikan.
            Selain itu ada pula cerita yang tak pernah disangka endingnya. Hampir semua bahkan. Endingnya aneh dan membuat pembaca merenung berkali-kali. Saya pun merasakan hal yang demikian. Setelah membaca satu cerpen tiba-tiba terfikir suatu pandangan baru. Salah satunya yang menceritakan tentang seorang anak yang mempelajari banyak hal dan lebih banyak dari orang dewasa pada umumnya. Apakah itu penting?. Bisa jadi iya bisa jadi tidak. Nah di buku ini diceritakan menjadi tidak penting. Anak ini selalu menang kalau debat dengan ayahnya. Mungkin referensi ayahnya kalah jauh hingga sering membuatnya kesal. Dan yang pasti Konklusi dari setiap cerita menarik dan unik untuk dijadikan referensi membuat cerpen.
            Semua hal pasti ada plus dan minusnya. Buku ini mampu memberikan pandangan baru tapi ada beberapa yang harus dikoreksi. Mulai dari penulisan yang agak berantakan sampai penyusunan ketikan ada  beberapa yang salah. Saya tidak tahu siapa yang mengetik ini tapi yang jelas perlu dikoreksi lagi sebelum tulisan itu di cetak. Mungkin lain kali beberapa kata yang menjadi khas zaman pujangga dulu sebaiknya diselipkan catatan kaki agar pembaca yang awam pun bisa memahami arti dari kata kata itu.
Dibalik cerita fiksi terdapat pesan tersirat yang membuat kita lebih dewasa dan berfikir lebih baik.

Semarang, 31 Januari 2012
Badiuzzaman

Badiuzzaman
Badiuzzaman

Previous
Next Post »

Post Comment

2 komentar

Rahma
AUTHOR
January 3, 2013 at 2:33 PM Reply Delete Delete

reviewnya mantap..

bisa jadi bahan renungan juga buat mereka yg ingin menulis buku..

avatar
Badiuzzaman
AUTHOR
January 3, 2013 at 7:14 PM Reply Delete Delete

Terimakasih...
Ternyata memang benar, sudut pandang seorang penulis itu luar biasa banyaknya -tak terhingga-
Menyelami penulis lama dan mempelajari ide2 kreativenya sungguh menyenangkan.

avatar