Hanya Karena Cinta


Cinta memang banyak membuat orang buta. Tapi cinta yang sesungguhnya adalah cinta seorang ibu terhadap anaknya. Bayangkan saja, jika cinta antara pasang kekasih pria dan wanita bisa saja putus dan mereka saling membenci. Sedangkan cinta seorang ibu pada anaknya tidak akan pernah putus sampai kapanpun. Bahkan ada pepatah  yang mengatakan “cinta seorang anak itu sepanjang galah sedang kan cinta seorang ibu sepanjang jalan”. Pepatah ini mungkin dapat menjawab kisah yang satu ini.
==========================================================
“Kukuruyuuuuu…k” suara ayam yang hampir tidak pernah terlambat bangun. Ayam jantan yang selalu menunjukkan jalunya dan dipamerkan ke semua makhluk yang melihatnya. Burung-burung menari dia atas atap rumah seolah sedang merayakan sesuatu hari ini. Lalat-lalat tak lagi mau lagi mengadakan perkumpulan di tempat kotor. Nyamuk pun tak mau lagi mencari genangan air untuk disinggahi telor-telornya. Mentari meringis melihat ulah makhluk di bumi yang mulai aneh dan tidak masuk akal.
“Leny… ayo bangun…!!!” panggil mama sembari mengetok pintu kamar Leny. Seorang anak tunggal yang begitu dimanja.
“Ayo, bangun.. sudah saatnya berangkat sekolah. Kalo besar nanti kamu mau jadi apa kalau jadi wanita malas-malasan gitu.!” Ucapan yang sering terdengar di rumah yang sederhana itu.
“Iya mah, bentar. Leny masih ngantuk. Lima menit lagi ya mah…” Saut Leny sambil menyelinap kembali dalam selimut yang begitu hangat.
Ibunya Leny membiarkan anaknya tidur lagi dan kembali melakukan kesibukan di dapur. Sepuluh menit lagi bel kelas di sekolah Leny berbunyi. Memang sekolahnya deket tapi untuk Leny waktu sepuluh menit tidak cukup untuk mandi pagi. Biasanya paling cepat Leny mandi lima belas menit.
“Len, sudah mau masuk lho…” Teriak ibu pada anak semata wayangnya.
“Ah masa bu, masih gelap ini. Emang jam berapa sekarang?” saut Leny tak percaya.
“Jam 06.50…!!”
“Hah…!! Kenapa ibu ga bilang…”

Leny langsung bangkit dan bergegas cuci muka dan berlari menuju tempat makan sambil membawa pakaian seragam SMP. Apa boleh buat, terpaksa pagi ini Leny tidak sempat sarapan dan harus membawa bekal roti dari ibunya untuk sarapan nanti.
“Kradadk,.,,” suara sepeda Leny yang dikeluarkan dengan paksa. Memang sekolah Leny dekat, tapi jika harus berjalan kaki lama dan melelahkan. Jadi setiap hari Leny menggunakan sepeda untuk berangkat sekolah. Memang dia terkenal orang paling sering terlambat sekolah. Maklum anak tunggal yang dimanja.
Leny menggenjot sepeda sekuat mungkin dan dengan kecepatan penuh Leny pasti akan sampai sekolah tepat waktu. Dia tak pernah berfikir apa jadinya ketika sampai di sekolah. Belum mandi, bau keringat yang pasti sangat menyengat. Tapi dia tak terlalu khawatir, karena pagi ini adalah jadwal mata pelajaran olah raga. Jadi setidaknya dia ada waktu untuk bersih-bersih diri pas istirahat.
Sepedanya meluncur begitu cepat bahkan sampai-sampai dia tidak bisa lagi mengendalikan arah sepedanya itu.
“Sreeeeeeeeeeeet…… Duar…!” sepeda Leny oleng ketika mau menghindari lubang. Tubuhnya terlempar cukup jauh dari sepedanya. Darah keluar dari mukanya dan kerikil tajam mengenai mata Leny. Semua orang berdatangan untuk segera menolong dan membawa Leny ke rumah sakit. Leny sudah tidak sadarkan diri. Ibunnya langsung bergegas menuju Rumah sakit bersama Ayahnya yang ketika itu langsung meninggalkan pekerjaannya di luar kota.
“Mah.. mah.. mah” rintih Leny dalam kamar VIP rumah sakit.
“Iya Len,mama ada disini.” Terdengar suara mama yang terus menangis tersedu sedan melihat anaknya tak berdaya di atas kasur.
“Ma, Leny kenapa?” Tanya Leny lirih.
“Yang sabar ya, sayang. Kamu sedang ada cobaan. Tadi pagi pas kamu berangkat ke sekolah kamu jatuh.” Saut mama lirih dan masih terdengar isak tangis mama.
“Tapi mah, ko Leny tidak bisa liat mama? Emang kenapa ko mata Leny di perban?” Leny bingung dengan keadaannya sendiri.
“Iya len, tadi kata dokter mata kamu harus dioperasi karena terkena  kerikil pas kamu jatuh” Air mata mama terus mengalir deras dan tak tertahankan.
“Berarti Leny ga bisa ngliat lagi ya mah…” ucap Leny dengan tangisan yang tak bisa terbendung.
Tangan halus mama memengang erat tangan Leny dan terus memotivasi anaknya agar tetap semangat dan tabah menghadapi coabaan ini. Hari demi hari telah dilewati mereka di kamar rumah sakit. Setiap hari mama Leny terus menemani anaknya tanpa kenal lelah. Hingga suatu ketika Leny benar-benar dalam keadaan terpuruk dan dia merencanakan untuk bunuh diri. Karena dia merasa buat apa hidup ini tanpa ada mata yang membuat kita bisa melihat indahnya dunia.
Pisau tergeletak di dekat apel. Leny tau kalau pisau itu dekat dengannya. Karena hampir setiap malam mamanya mengupaskan apel utuk putri kesayangannya itu. Ketika pagi hari menjelang. Mama Leny sedang mandi di Kamar mandi ujung lorong rumah sakit itu.
“Tidaaaak…. Anaku…!! Dokter..!!” Mama leny berteriak ketakutan karena  melihat Leny terkapar lemas di lantai memegang pisau dan tangan kirinya bercucuran darah dengan cepat. Rupanya Leny merencanakan untuk bunuh diri karena tidak tahan dengan hidupnya tanpa bola mata.
Untungnya dia dapat terselamatkan karena penangannan yang cepat dari dokter dan tim medis di sana. Sejak saat itu mama leny tak pernah lagi meninggalkan Leny hingga tumbuh dewasa. Sejak saat itulah Leny mengerti bahwa dialah satu-satunya alasan kenapa mama dan papa masih ada. Dia tak pernah mau mengecewakan orang tuanya dan tumbuh menjadi anak yang cerdas. Mama leny tak pernah malu dan mengeluh memiliki anak sepertinya bahkan bangga dengan bakatnya. Leny tumbuh menjadi seorang pianis profesional yang menjadi kebanggaan mamanya. Karena cinta mamanya lah dia bisa menjadi seperti ini. Leny untuk mama.

_Badiuzzaman
17 desember 2012
Badiuzzaman
Badiuzzaman

Previous
Next Post »

Post Comment