Di Tembok Stasiun



Mantari pagi menerobos masuk ke dalam kamarku tanpa permisi. Udara dingin masih bergelut dengan hangatnya sinar mentari. Embun pagi yang hendak kembali ke peraduannya. Ayam jantan telah istirahat dari pekerjaan rutin setiap paginya. Tak ada yang membangunkanku pagi ini. Jam 6 tepat sudah tak bisa lagi dimundurkan.

Ini adalah hari pertama aku berada di kota asing yang baru aku kenal. Pendidikan yang tinggi memaksaku untuk berada jauh dari orang tua. Setiap pagi biasanya aku dibangunkan oleh ibuku kini tak terdegengar lagi suara yang begitu lembut setiap kali aku bangun tidur. Hanya ayam jantan yang berkokok terlalu keras yang membuatku bangun. Tak pernah disangka di kota besar seperti ini ada ayam yang berkokok begitu lantangnya. Setelah aku keluar kamar ternyata suara itu terdengar dari dalam kamar sebelah. Itu adalah nada alarm HP yang sengaja dipasang keras.

Baju hitam dan celana putih terlihat menggantung di dalam kamarku, hari ini akan aku kenakan untuk mengikuti penerimaan mahasiswa baru. Senang bercampur takut karena kini statusku sudah menginjak sebagai mahasiswa. Sepatu hitam yang telah aku semir tadi malam terlihat bersandar kokoh di pojok kamarku. Hanya sebongkah koper hitam besar yang merasa iri, karna dia belum aku sentuh sedikitpun. Jam dinding yang aku bawa dari rumah belum sempat aku gantung di atas melainkan sedang tergolek lemas di atas meja belajarku.

Aku berusaha mencari udara segar di luar kamar. Begitu pintu rumah kost dibuka langsung terlihat taman yang tak lagi terawat keindahannya. Tempat duduk di sebelah kanan yang mungkin digunakan oleh para sejoli untuk meghabiskan waktu bersama. Sebelah kiri ada bangunan kecil beratap genteng, bangunan itu terlihat kedinginan karena tembok yang membuatnya berdiri tak terbentuk sempurna. Hanya bagian-bagian tertentu yang terbentuk kokoh, mungkin hanya untuk meletakan sepeda motor para penghuni kost atau sekedar untuk berlindung ketika hujan datang.

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi, aku harus bersiap-siap menuju stadium Universitas. Pakaian hitam dan putih telah aku kenakan. Dag, dig, dug. suara hari ini mengatakan aku mulai kedapatan grogi karena ini adalah kali pertama aku masuk perkuliahan. Jangan-jangan nanti aku datang terlambat dan tidak bisa mengikuti upacara, kalo ga ikut upacara jangan-jangan nanti aku ga bisa ikut perkuliahan. Wah,semua pikiran menumpuk jadi satu. Namun tak urung ku coba melangkah maju tanpa memikirkan apapun.

Semua telah berjalan dengan baik, tapi anehnya ko sama sekali tidak ada mahasiswa baru yang berangkat ke stadiun. Jangan-jangan aku sudah telambat, pikiranku kembali kalut dan tak tertahankan. Jurus langkah seribu terpaksa aku gunakan, dan terdengar suara nyanyian aneh dari dalam stadiun, mungkin lagu universitas. Jangan-jangan aku sudah terlambat. Gerbang sudah ditutup dan tak ada satu makhluk pun yang diijinkan masuk ke dalam stadiun lagi. Sampai akhirnya aku masuk tanpa sepengetahun petugas melalui celah belakang stadiun. Semua bejalan mulus. Aku berlari menuju lapangan stadiun. Terlihat dari arah kejauhan kakak senior sedang berdiri dengan tegaknya. Namun belum terlihat dimana batang hidung mahasiswa baru disana. Tanpa pikir panjang aku langsung menghadap kakak senior itu dengan tergopoh-gopoh dan berucap,
“Maaf ka,, maaf banget terlambat…”
“hii,, “ucap kaka senior itu sembari mengerutkan kening.
“De, upacara penerimaan mahasiswa baru diundur besok pagi. Ade ga lihat di websait y..?”
“Waduh, yang bener ka…”
Gdubrack….

Badiuzzaman
Badiuzzaman

Previous
Next Post »

Post Comment