Laptop Usang


Udara dingin meyentuh kulit ku yang belum sempat mandi. Suasana malam yang sepi membuatku malu pada pohon yang diam. Orang-orang sedang berkelana di dunia mimpi sedangkan aku hanya bisa ditemani keboard dan monitor yang terus manja untuk dilihat dan disentuh. Kebersamaan kami memang sudah teramat lama. Sudah ribuan kata ku tampilkan di layar monitor ini.

Laptop usang pemberian satu-satunya dari ibuku yang masih aku rawat hingga kini. Ribuan butir debu yang mampir melekat di badan laptop akan terus ku bersihkan walau terkadang debu itu membuatku geram. Tapi aku tak pernah mengeluh. Karena laptop inilah yang terus memberiku inspirasi untuk tetap hidup. Laptop ini telah membuatkan jendela baru untuk melihat dunia dari sisi lain yang berbeda.

Dulu aku berpikir, mungkin aku takan bisa memiliki laptop sebelum aku kaya. Tapi anggapanku salah, ibuku dengan keringat dan kerja kerasnya memberikan aku hal yang paling membuatku bahagia seumur hidupku. Sejak itu aku semakin mengerti arti kasih sayang walaupun belum genap 20 tahun kala itu. Benda ini bukan hanya sebuah cinderamata dari ibu semata, tapi juga merupakan wujud cinta kasih seorang ibu terhadap anak lelaki satu-satunya.

Hingga suatu ketika aku pernah berjanji pada diriku sendiri, seandainya di waktu nanti aku bisa memiliki laptop sendiri aku akan terus menulis dan membuat sebuah buku yang akan memberikan orang lain sebuah inspirasi kehidupan. Walaupun aku bukanlah penulis hebat, tapi takan pernah ku lupakan janji itu untuk selamanya. Akan ku buktikan janji itu bahwa akulah calon penulis hebat sepanjang masa.

Waktu terus berjalan, janji hanyalah sekedar janji. Aku ingin melakukan apa yang ingin ku lakukan. Aku ingin melihat apa yang ingin aku lihat dan aku ingin menjadi orang yang aku idamkan. Menepati janji memang tidak mudah tapi jauh lebih mudah ketika kita membuat janji.

Laptop ini sudah bertahun-tahun menjadi istri keduaku yang tak pernah telat aku jamah. Tak pernah telat aku sapa. Sebelum tidur aku membuka laptop, sebelum mandi aku membuka laptop, sebelum berangkat kerja pun aku membuka laptop. Setiap saat waktuku selalu ada untuknya. Bahkan dialah yang mengingatkanku untuk shalat tepat waktu dengan program shollu nya.

Seandainya laptop itu bisa berbicara pasti akan sangat banyak hal yang akan dia katakan. Mungkin kesedihannya ketika ditinggal sendirian dirumah ketika aku pergi dengan istri. Ataukah ketika dicuekan ketika aku berkumpul dengan keluarga. Tapi aku sadar kau hanyalah benda mati yang tak lebih dari barang elektronik belaka. Bisa diganti ketika rusak bisa dijual ketika butuh uang. Tapi kau tetap sesuatu yang menjadi kebanggaanku sampai kapanpun.

Badiuzzaman
Badiuzzaman

Previous
Next Post »

Post Comment