Forgetted Promise

Langkah kakiku hari ini terasa gemetar. Ini kali ke dua aku mengingkari janji pada ibuku. Sejak pertama kali kuliah sampai beberapa minggu yang lalu aku masih berusaha untuk mengerjakan sesuatu sendiri. Mulai dari mencuci sendiri sampai cuci motor sendiri. Namun akhir akhir ini berkat kesibukan dan kemalasan yang kian menumpuk bergunung-gunung, aku kian malas untuk mengerjakannya. Bayangkan saja, setiap minggu mencuci motor sendiri, cuci baju sendiri. Padahal dirumah kagak pernah.

Begitulah kehidupan anak kost. Aku pernah berjanji pada ibuku akan berusaha mengerjakan sendiri pekerjaan yang memang harus aku kerjakan. Setahun pertama sampai tengah semester ketiga semua masih lancar. Namun jam terbang praktikum dan kegiatan seorang aktifis membuatku urung untuk mengerjakan itu semua. Satu persatu pekerjaan ringan aku tanggalkan. Mulai dari mencuci di laundry hingga cuci motor di wash room automatic. 

Semua berlalu begitu saja hingga kini aku pun masih terus terpikirkan. Bukan karena uang yang digunakan untuk membayar jasa cuci tapi terihal amanah yang orang tua sampaikan pada kita dan kekuatan sebuah janji pada seorang ibu. Sampai saat ini aku tak pernah berani mengutarakan kesalahanku ini, walau kemaren waktu lebaran "berlepat ngapunten" tapi tak bisa membuatku lebih lega.

Jangan salah sangka kawan, untuk hal ini aku punya sebuah prinsip yang kadang memang enak untuk diperdebatkan. Prinsipnya begini, aku berani mengeluarkan kocek dari dalam dompetku asal uang yang aku keluarkan lebih kecil nilainya dari apa yang kita dapatkan. Sebagai contoh aku menggunakan jasa cuci motor untuk membersihkan motorku. Aku berani membayar lebih asal hasilnya memuaskan, walaupun aku bisa mengerjakan pekerjaan itu sendiri tapi aku ngrasa waktu dan tenagaku lebih berharga dari pada uang yang dikeluarkan untuk membayar jasa orang untuk bekerja.

Mungkin ini hasil pemahaman yang ditanamkan oleh para teman-teman pengusaha di lingkunganku. Mereka bilang "bayarlah orang lain untuk mengerjakan pekerjaan yang bisa kamu kerjakan dengan syarat kamu megerjakan hal lain yang lebih penting dari itu" kurang lebih seperti itu.

Jiwaku memang menguncup pada pengusaha, tapi sampai kini entah kenapa ada sesuatu yang belum tertuntaskan. ibarat kata abraham licoln "jika kita diberi waktu 10 hari untuk menebang pohon, akan aku gunakan 7 hari untuk mengasah kapak" dan aku belum selesai mengasah kapak itu.

Semua ada hikmahnya, kita harus terus belajar untuk membuat diri kita lebih baik...
Badiuzzaman
Badiuzzaman

Previous
Next Post »

Post Comment