Gorilla Pantai


Kegiatan sekolah telah usai menandakan datangnya musim libur panjang yang menyenangkan. Seperti biasanya, kegiatan rutin tiap akhir tahun Ridho bersama kawan-kawan aktifisnya melakukan kemah bakti bersama-sama. Maklum aktifis OSIS, organisasi yang didambakan oleh siswa SMA satu ini. Ridho yang berkulit putih namun agak gemuk menjabat sebagai kord. Bidang II yang bergerak di bidang penalaran. Dia masuk Osis semenjak ditawari oleh Arman yang kini menjabat sebagai Ketau Umum OSIS kala itu. Yah maklum lah organisasi kecil-kecilan sebagai ajang belajar para siswa SMA itu.

Kemah bakti diadakan  selama 2 hari satu malam, sangat menyenangkan, lebih dari 30 pengurus OSIS berkumpul disana. Arman yang terkenal jago main gitar dengan gagahnya menunjukkan gigi nya diatas panggung acara inti di perkemahan itu. Suara arman yang begitu indah membuat cewek-cewek tak bisa berkelit dari matanya. Arman memang penakluk wanita sejati.

Sementara Ridho tak mau kalaah saing dengan Arman, dia selalu berusaha menarik perhatian semua orang. Nyanyian gaya Rep pun dia lantunkan, bak seorang Saikoji dia meliuk liuk diatas panggung. Bukan terpesona karena suaranya tapi teman-temannya justru tertawa main kepalang karena gerakan tubuhnya yang gendut membuat perut tak kuasa kepingkal tawa.

Semenjak itu rasa iri mulai muncul di diri Ridho terhadap Arman, walaupun mereka selalu terlihat akrab oleh teman-tamannya. Namun paras Arman yang jauh lebih menarik tetap menjadi primadona para gadis yang melihatnya.

Waktu pun semakin larut, pementasan seni dan drama telah terlalui dengan ramai dan syahdu. Namun hati Ridho yang gundah bercampur iri terhadap Arman membuatnya tak bisa menutupkan mata sekejap pun. Hinggga akhirnya entah dating dari setan mana Ridho menemukan ide licik untuk mengelabui Arman. Dia berencana menakut-nakuti Arman dengan menggunakan sarung putihnya yang kini sedang dipake untuk selimut itu. Setengah jam lamanya Ridho terus berfikir untuk melancarkan serangan aksi jailnya pada Arman.

Tepat pukul 3 dini hari, Ridho bersiap untuk menakut-nakuti Arman dari atas pohon jambu yang tak jauh dari tenda dimana Arman beristirahat. Tubuhnya yang Gemuk membuat Ridho kesulitan untuk naik pohon jambu itu. Setelah bersusah payah selama 15 menit akhirnya Ridho bisa menaikkan bongkahan tubuhnya ke atas pohon dengan menggunakan potongan kayu yang ada di dalamnya. Aksi nya pun dimulai, Rodho mulai melempat-lempar batu krikil ke arah tenda Arman, namun taka da respon sedikitpun. Entah karena suasana dingin hingga Arman tidur dengan pulasnya, atau memang dia sudah mengerti rencana jail Ridho.

Dalam benaknya Ridho terus berfikiran, seandainya nanti Arman menjerit ketakutan pasti orang orang akan menertawainya dan akan disebut sebagai penakut. Setelah itu Ridho akan sembunyi di balik  ranting pohon. Ridho tertawa sendiri diatas pohon ketika memikirkan itu.
Namun sampai saat yang ditunggu-tunggu taka da respon sedikitpun dari Arman. Satu jam berlalu, hamper jam 4 pagi arman tak muncul juga dari tendanya. Ridho sempat kesal dan membanting ranting beserta sarungnya ke bawah pohon. Ranting dan sarungnya mengenai batang kayu yang tadi digunakan untuk memanjat. Ridho baru tersadar ketika dia mau turun tak ada lagi potongan kayu yang menopang tubuhnya untuk turun.

Sampai adzan berkumandang Ridho tak bisa turun dari pohon jambu ini. Baru ketika matahari menampakkan wajahnya seorang teman perempuannya yang akan menuju ke toilet melihatnya dan tertawa terbahak-bahak dan berteriak
“Gorilla pantai .. Gorilla pantai…!!!!” mungkin karena dia memakai celana pendek bertuliskan pulau bali dan kaos bergambar pantai.
Teriakan ini membuat bangun semua orang dan seluruh peserta kemah itu… setelah mereka puas tertawa baru Arman dan teman temannya membantu Ridho turun dari pohon..

Badiuzzaman
Badiuzzaman

Previous
Next Post »

Post Comment