Beneran masjid dibuat dari Rajungan?

Dokumentasi dari pak Faik Kurohman
"Serius pak...?"
"Dari Rajungan...?"
"Mana  bisa dibuat kubah, dinding, lantai, jendela...?

Pikiran konyol menghampiriku. Dengan istilah ambigu yang terdengar kuping kanan dan menjewer kuping kiri. "Masjid ini dibangun dengan ribuan rajungan". Seolah-olah ada sekumpulann rajungan yang dikumpulkan kemudian disusun (atau disulap) sedemikian rupa menjadi mesjid agung yang teramat megah nan mewah. Seperti di dunia Nabi Sulaiman. Tapi memang itu nyata...

Masjid ini dibangun dengan ribuan kepiting rajungan. Bahasa para ahli akademisi Blue Swimming Crab, artinya kepiting berwarna biru yang berenang. Memang benar dia berenang dan tubuhnya berwarna biru. Menjadi komoditas eksport tertinggi ketiga di Indonesia setelah Udang dan Tuna. Saat ini sedang banyak dicari. Kala krisis moneter menghinggap di negeri Indonesia. Banyak perusahaan maritim, terutama eksport yang mengarahkan komoditasnya pada kepiting jenis ini. Maklum dolar dari harga 2000 bisa sampai 8000. Gile banget kan..

Kita kembali fokus pada masjid rajungan ini. (Saya sebut itu biar gampang) sebenarnya nama asli yang terpampang, Masjid Agung Betahwalang Demak. Karena lokasinya memang di betahwalang Demak. Jika ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kepiting Rajungan. Bisa baca naskah ini.
(kalo butuh full paper, call saya saja)

Culture masyarakat pesisir memang saya akui jempolan, rela merogoh kocek (tanpa pikir) untuk kemaslahatan umat. Untuk disedekahkan. Warga msyarakat betahwalang contohnya. Mereka setiap hari menyisihkan hasil tangkapan melautnya berupa kepiting rajungan untuk disedekahkan guna membangun masjid. Tanpa pikir panjang, tanpa protes uangnya dikemanakan saja. 

Saat ini sudah berjalan hampir 7 tahun lamanya. Dengan total pembangunan yang tidak sedikit, menyentuh 4 M kalo ndak salah. Informasi pertama saya dapatkan dari pak Faik Kurohman, dosen perikanan Undip yang tak kalah getun mendalami bidang perikanan. Sebagai kawula muda saya tak pernah mau kalah.. haha. pies. pak..

Pertantangan pada awalnya
Saat bertandang ke lokasi masjid itu berada, kebetulan bertemu dengan salah satu pioner dalam pembangunan masjid ini. Beliau menuturkan bahwa pembangunan masjid ini awalnnya ditentang warga, karena jelas akan menghilangkan unsur bangunan yang pernah ada. Unsur bangunan sebelumnya adalah amalan jariah, dan penyumbangnya juga tidak berkenan karena jelas akan memutuskan amal jariyahnya. Susah juga memang. Para sesepuh juga berpandangan yang sama, tidak ingin masjid yang lama dipugar. Lagian jika harus dipugar, mereka akan menggusur 2 rumah disampingnya.

Singgah di berbagai Masjid agung seJAWA Tengah
Nah, ini yang dilakukan oleh para pioner pembangun masjid. Notabene adalah para kawula muda. Mereka mengajak para sesepuh untuk bertandang ke masjid-masjid agung se Jawa Tengah untuk meyakinkan rencana pemugaran masjid di Betahwalang. Hasilnya?. Tak sia sia.. setelah lama bertukar pikiran, memuahkan kesepakatan-kesepakatan untuk memecahkan kebuntuan.

Madjid lama akan tetap dipugar dengan syarat, tak ada satu unsur bagian masjid lama pun yang dibuang. Semuanya dimanfaatkan agar amal jariyah tidak terputus. Ada yang dijual dan ada yang di re-use kembali dalam berbagai kegunaan. Akan menggusur 2 rumah yang ada di dekatnya dengan syarat akan dibangunakan kembali rumah dengan tanah yang lebih luas dan rumah yang lebih bagus. 

Memecahkan kebuntuan
Alhamdullillah. Akhirnya seluruh warga pun setuju.
Namunm, masih ada hambatan lagi. Di Samping kanan terdapat pesantren yang tak layak dipakai. Hendak dipugar pula. Namun warga lebih memilih menyumbangkan rajungannya untuk masjid. Akhirnya dengan pemikiran matang, renovasi dilakukan setelah dana terkumpul, untuk memperbaiki pesantren dulu, sehingga arus keuangan pun lancar.

Tak ada gading yang tak retak, dibalik semua kemaantapan itu semua, ada hal yang kami sayangkan yakni warga kurang memperhatikan sanitasi. Untuk iuran kebersihan desa sama sekali tak jalan. Padahal ditengahnya ada masjid kokoh nan megah. Perlu kajian lebih mendalam. Ni Tugas penting untuk para aktifis lingkungan.

Semoga ini menjadi inspirasi warga desa lain untuk mengikuti jejaknya.


Semarang,  01 Oktober 2013
@Badi_uzzaman
Unknown
Unknown

Previous
Next Post »

Post Comment

6 komentar

ZAHRA AMANY
AUTHOR
October 1, 2013 at 3:10 PM Reply Delete Delete

wah.. judulnya menarik banget.
coba kalau bener itu dibangun dari susunan ribuan rajungan, mungkin aku bakalan banyak tanya2.
tapi tetep keren.

avatar
Unknown
AUTHOR
October 1, 2013 at 7:02 PM Reply Delete Delete

Haha, terimakasih sudah berkunjung Zahra..
Di dunia ini memang tak ada yang mustahil, tapi itulah wujud Kekuasaan-Nya. Melalui masyarakat ini, rajungan bisa disulap menjadi masjid.
ayo semangat manulis.

avatar
An
AUTHOR
October 2, 2013 at 1:02 PM Reply Delete Delete

itu lokasinya di Demak bagian mana, Badi? Tulis lokasinya yang spesifik, dong ^^ Dulu mbak An pernah KKN di wilayah Demak. Tapi belum pernah liat masjid kayak begitu..

avatar
Unknown
AUTHOR
October 2, 2013 at 8:45 PM Reply Delete Delete

Wah, mba An muncul juga setelah sekian lama tak terlihat. Makasih kunjungannya mba,
Hmm itu di Desa Betahwalang samping wedung, bonang dll, Kab.Demak mba... dekat wilayah pesisir. Saat bertandang ke tempatnya pak kades juga ada beberapa tempelan foto mhswa KKN undip yang tertambat di dinding rumahnya. Mungkin itu salah satu dari team mba.

Hampir di beberapa desa yang sempat saya kunjungi memiliki masjid dengan bentuk seperti itu, megah mewah dan corak kecoklatan. coba deh sekali kali main lagi kesana. Dunia sudah sedikit berubah dari yang kita bayangkan mba. haha.. :)

avatar
Unknown
AUTHOR
October 3, 2013 at 11:34 AM Reply Delete Delete

terimakasih sudah berkunjung mas Adef.. moga bisa menginspirasi.. :)
*Dapatkan update terbaru kami .. tetap di badinesia.com
hehe.. :)

avatar