Tak usah nonton TV !!!

Sore kemaren saya membaca tulisan kang Panji di situsnya pandji.com yang menyerukan, "tontonan ini tidak layak untuk konsumsi publik!!!" Sedari dulu mungkin kita sadar itu tidak layak, tapi kita cenderung mengabaikannya.

Seperti kata pak Anis Baswedan, "Negeri ini sekarat bukan karena banyak orang jahatnya, tapi karena kebanyakan dari orang baik cenderung untuk mendiamkannya." masihkah kita untuk mendiamkan?.

Kembali soal Televisi, Sedari dulu hingga kini televisi menjadi andalah hiburan masyarakat, sejak tahun sebelum saya lahir hingga kini ada di dunia, Televisi sudah merajalela. Dulunya TVRI yang mendominasi dengan subsidi pemerintah untuk hiburan dan media informasi pada masyarakat. (walaupun sekarang masih subsidi). Kini berhamburan TV Swasta yang tak kalah seru dan berani menyaingi pasar. Bukan konten dan isinya yang diutamakan, tapi dari segi kemenarikan penonton.

Dibalik segudang informasi yang disajikan di televisi saya kira hampir sebagian besar berdampak negatif di masyarakat. 

Pertama, ulah sinetron. Sinetron yang setiap harinya (sore: mungkin) selalu menjadi primadona keluarga untuk ditonton. Seperti tontonan yang berpanjang panjang. Emak naik haji. Ditonton oleh ibu-ibu yang nganggur di malem hari, alhasil anaknya pun pada ikutan nonton. Sekeluarga nonton juga. Bukan mendidik malah membuat trend dunia menjadi berubah. Dunia gosip merajalela, Pendidikan moral terabaikan. Mau jadi apa masa depan bangsa ini..

Kedua, berita negatif. Entah kenapa mayoritas kantor berita lebih tertarik pada berita negatif dari pada berita positif. Berita ini yang secara tidak langsung mendoktrin masyarakat. Setiap hari beritanya pembunuhan lah, mutilasi, malpraktek, ketidak puasan masyarakat pada pemerintah lah... Jadi serba berfikir negatif. Kapan positive thingking nya.... Pengaruh ini sempat saya sadari saat ada komentar dari salah satu pemerhati kriminal (kriminolog) yang saat itu sedang marak terjadi kasus mutilasi. Dia berpendapat bahwa kasus seperti ini terus bermunculan karena pemberitaan media yang berlebihan. 

Ketiga, Acara tidak mutu. Tidak mendidik. seperti kang Pandji jelaskan di blognya. Kini kian banyak stasiun TV yang menayangkan programnya berdasarkan rating penonton. Tak ada unsur pendidikan sama sekali. Dunia kreatif ini mengalir begitu saja. Tak ada kontrol sama sekali. Mana peran pemerintah?
Salah satu gunanya dari dibentuk KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) kan untuk mengontrol tayangan yang ada di Televisi. Mendidik atau tidak, bermanfaat atau tidak.. Jangan asal rame, bayaranya gedhe trus merusak generasi muda. Pemerintah seharusnya sebagai salah satu tugas kontroling melalui KPI mampu mengarahkan program Televisi ke Jalan yang benar, yang lurus, Istiqomah... Syrotol Mustaqim.. asiiik..

Nah itu jelas banget TV sangat berpengaruh negatif, jadi jangan nonton TV ya...  kecuali lagi bersantai sendirian. Malem malem. Gelap. Pake kaca mata item. (gak keliataaaaan...!!)

*Tulisan ini bukan provokatif, tapi berguna untuk mengurangi kecanduan menonton ini.

Dipersembahkan oleh Penerbit Griya pustaka, "Mau pintar.. membaca donk..."

Follow @badinesia @griyapustaka @dscundip

Semarang, 9 Januari 2014
Unknown
Unknown

Previous
Next Post »

Post Comment