Namanya Terlalu Gagah

Kongress

Saya paling penasaran kalo ketemu dengan kata-kata yang unik dan aneh. Terutama dalam bahasa Indonesia. Kalo boleh diruntut mungkin saya menemukan banyak kata-kata janggal yang jarang digunakan atau bahkan telah musnah digerus jaman. Tapi sampai kini tak pernah terkuak misterinya. Jadi pengen ngobrol dengan ahli bahasa.
 Kala itu ketika saya sedang duduk-duduk santai di tempat nongkrong anak muda depan. depan Java Mall semarang. Saya bertemu dengan beberapa orang aktivis yang sedang jalan-jalan di Kota semarang. Terlihat dari almamater yang masih tertepel rapi  panji-panji kesatuan mahasiswa, termasuk brevet bendera merah putih. Saya duga dia bukanlah mahasiswa dari Semarang atau kuliah di Semarang. Mungkin aktivis luar kota yang sedang berkunjung ke saudaranya sesama aktivis atau hendak mengikuti rapat-rapat akbar yang selalu menyibukkan mereka.
Perlahan tanpa disangka mereka duduk di kursi panjang sama denganku. Awalnya aku hendak acuh dengan mereka yang asik ngobrol sendiri. Tapi tiba-tiba terdegar pertanyaan yang menggetarkan gendang telingaku.

“Maaf mas, arah simpang lima dimana ya?”salah satu dari mereka seakan penuh kelembutan dan wibawa. Saya selalu mencoba menerka pasti dialah pemimpin dari semuanya.
“Oh, itu ada perempatan terus belok kiri lurus terus sudah sampai Simpang lima.” Saya terhenti sejenak.
“Pada dari mana mau kemana mas?” tanyaku mengawali pembicaraan. Salah satu dari mereka mendekat.
“Kami dari Makasar, mau jalan-jalan di semarang saja.”kata seorang yang berambut kriting. Dilanjutkan lagi oleh salah satu yang bertubuh gendut berkacamata. “Sebenarnya sih kami mau ikut Konvensi, sambil menunggu waktu tidak ada salahnya jalan jalan.”
“Oh.. Kirain mau demo..” saya mencoba menyela berusaha mencairkan suasana. Tiba-tiba semuanya tertawa dan menjadi semakin merasa dekat diantara kami. Akhirnya saya pun menceritakan sedikit kiprah saya salam organisasi kampus (baca: aktivis kampus). Walaupun ga banyak yang bisa saya berikan, tapi setidaknya saya masih pro dengan para aktivis mahasiswa.
****
Di luar pertemuan itu, saya tertarik pada kata “kongres” yang tadi disebutkan oleh salah satu diantara mereka. Unik, dan berasal dari serapan mana?-karena kukira ini adalah kata serapan-. Dalam mimpi saya bertanya pada Pak Sudjoko (Guru besar ITB) tentang kata kongres itu.
“Pak Djoko, sebenarnya kata kongres itu berasal dari mana?” kata-kata dengan balutan tanda tanya keluar tanpa cela dari mulutku.
“Kata Kongres itu berasal dari konvensi yang ada di Philadelphia.” Beliau terhenti sejenak.
“Konvensi di Philadelphia itu sebenarnya Cuma salah satu dari serangkaian Continental Congress, yang mulai tahun 1774. George Washingtin dan Patrick Henry ikut di sini. Diresmikan saat itu nama Congress dalam tabir Amerika. Begitu juga nama “President”. Itulah sebabnya nama-nama kongres dan presiden dalam bahasa kita menjadi gagah.” Begitu penuturan Pak Sudjoko.
Mungkin sejak saat itu pula himpunan pemuda menggunakan kata kongres untuk menamai perkumpulan besarnya. Seperti Jong Java dan Jong Indonesia mengadakan  Kongres Komite pada tahun 1925. Tahun berikutnya 1928 diadakan kongres Pemuda Indonesia I dan II.
Satu lagi yang nyangkut di kepalaku, kata presiden yang disebut sama Pak Sudjoko tadi. Jelas unik. Seharusnya kata presiden hanya sebagai kepala Negara tapi kini sudah banyak sekali para pemimpin yang bergelar Presiden. Salah satunya yang saya tahu, ketua BEM juga disebut sebagai Presiden jika terdiri atas kementerian. Namun jika masih dalam bentuk divisi maka disebut dengan Ketua.
“Pak Djoko, sebenarnya ada apa dengan kata presiden, terlalu gagahkah?” tanyaku melanjutkan.
“Begini, dulu ketika pak Soekarno masih menjabat sebagai orang nomor satu di negeri ini, Beliau hanya ingin nama presiden digunakan untuk sebutan kepala Negara saja. Jadi waktu itu nama presiden juga digunakan oleh ketua Universitas. Pak Karno langsung meminta gelar presiden untuk diganti. Akhirnya ketemu dengan kata rector yagn berasal dari Eropa. Kata ini sudah digunakan sejak abad ke-14. Berasal dari kata Regere yang berarti memerintah, menabdirkan, angreh. Konon katanya nama rector ini berasal dari nama pimpinan agama di Eropa. Itulah sebabnya nama rector ada jadi sebuatan untuk pimpinan Universitas.”
Oh ya, satu lagi kawaan. Kata konvensi yang tadi sempat disebutkan itu juga berasal dari Philadelphia, pada Constitutional Convention. Pada tahun 1787 lebih muda 13 tahun dari penentuan kata Congress. Hal yang lebih menarik adalah convensi ini ditandarangani oleh 55 orang perwakilan dari berbagai Negara. Seandainya Indonesia ikut. Diantara mereka ada si “Faunding Father”. Siapa pula yang tak kenal dengan orang-orang berpengaruh itu. Mereka itu Benyamin Franklin, George Washington, Alexander Hamilton, Jame Madison Jr dan Jonathan Dalton dari new Jersey.
Apapun itu bahasa memang unik aneh dan membuat orang penasaran. Sekarang bahkan sudah muncul istilah presiden direktur. Sudah jadi presiden, jadi direktur pula. Entahlah…

Semarang, 06 Januari 2013
Badiuzzaman
Badiuzzaman
Badiuzzaman

Previous
Next Post »

Post Comment