Terlihat dari arah kejauhan dua
anak lelaki sebaya sedang berjalan keluar dari kampus. Dua anak ini begitu
akrabnya hingga terlihat seperti kakak dan adik. Sejak pertama kali mereka
ketemu di dunia perkuliahan mereka mulai menemukan kecocokan dan menjadi
sahabat sejati hingga kini.
Sebut saja Puji dan Bayu, mungkin
karena mereka menemukan persamaan nasib yang sama menjadikan mereka begitu
akrab. Memang jika alumni sebuah pondok bertemu dengan alumni pondok lain akan
merasa sehati dan seperti itulah yang dirasakan oleh Puji dan Bayu, mereka alumni
pondok yang memiliki mahdzab sama.
Seperti biasanya mereka terlihat
berdua berboncengan bersama naik motor Honda milik Puji. Motor itu terus melaju
pesat menembus aliran angin siang yang memanas.
“Ji, makan dulu yu..” Ajak Bayu
tanpa ragu kepada sahabatnya itu.
“Sarapan maksudnya? Haha..
kebiasaan mahasiswa sarapan disiang hari. Dimana?” sentil Puji
“Hmmm, di tempat biasa aja deh
gimana..?” pikir Bayu.
“Ya sudah, ayo capcus”.
Warung telah di depan mata, tanpa
basa-basi mereka langsung pesan makanannya masing-masing.
“Bu, rames seperti biasa pake
telor. Minum air es” Sambut Puji mendahului.
“Saya sama bu, sepert biasa. Tapi
tambah sambel ya bu. Minum es teh”Bayu menyusul pesan.
“Sehh,,, ngikut aja kamu” desah
Puji.
Makanan datang tanpa tunggu lalat ngiler
mereka langsung melahap dengan nikmatnya. Hingga nasi tinggal beberapa kali
suapan mulailah Bayu mengutarakan sesuatu hal.
“Ji, aku utang dulu ya, dompetku
ketinggalan nih di kost.” Sembari memelas dan alis dipertemukan di tengah
kening yang bercucur keringat.
“Hah.. serius..?” Puji menghentikan
makanan yang ada di mulutnya dan mengembalikan nasi yang telah menggumpal di
tengah sendok makannya.
“Jangan bilang kamu da bawa dompet
juga?” lirik Bayu penuh curiga.
“Kalo dompet aku bawa, tapi ga da
isinya. Niatku juga mau ngutang ke kamu dulu. Jadi kita sama-sama mau utang,
wah gimana nih. Tau sendiri kan ibu warung ini bawelnya bukan main!!”
Terlihat Puji mulai panik dan
kebingungan.
“Udah, habisin aja makanan ini.
Baru nanti kita pikirin solusinya. Mubadzir ni makanan” ujar Bayu seolah
belagak sok tenang. Padahal dalam hati dia tidak lebih tenang dari puji.
Mereka pun tak bisa tinggal diam
menunggu bantuan dari teman lain yang datang ke situ dan bisa dipinjemin duit.
Terlihat bayu sudah menghabiskan makanan di piring bulatnya sementara Puji
masih dengan pikirannya kalut dan tidak tega menghabiskan makanan di depannya.
Bahkan di tak sempat minum seteguk pun.
Terlihat Bayu punya ide cemerlang.
“Ikuti aba-abaku ji..”
“Tliiililiiit.. tlliiitiit….”(Suara
ponsel Bayu dibunyikan dengan sengaja)
Seolah Bayu mengangkat ponselnya
dengan lantangnya “Halo, ….. hmm iya Pak…. Bagaimana Pak.. Sekarang kuliah……
oke pak, saya segera kesana sekarang.”ponsel ditutup.
Bayu berdiri dari duduknya dan
seolah sedang terburu-buru.
“Ada apa Bay..?” Tanya Puji
bingung.
“Kita ditunggu dosen, cepetan
beliau udah di kelas. Kuliahnya dimajuin sekarang.. ayo.” Terdengar suara Bayu terdengar
dibesar-besarkan, mungkin agar ibu warung mendengarnya. Puji tak lagi
kebingungan setelah Bayu mengedipkan mata tanda sebuah isyarat untuk
mengikutinya.
“Bu, kita tinggal kuliah dulu ya
bu. Bayarnya nanti…” Seru bayu tanpa patah sedikitpun.
“Oh ya ga papa” Jawab ibu Warung.
Mereka pun bergegas menuju kampus
dengan motor yang sedari tadi di parkit di depan warung.
“Emang benar kuliahnya dimajuin..?”
Tanya Puji penasaran.
“Haha… ya enggak lah, itu kan trik
biar kita lolos dari jeratan utang ibu Warung..”
“Wahahaha…. “mereka tertawa berdua
di tengah perjalanan.
Post Comment
5 komentar
ide ceritanya gokil, dek ^^
tapi menarik, koq..
salam kenal dari Asagi Enpitsu..
www.aniamaharani.blogspot.com
Haha... lucu ni cerita.. masuk kompas besok nih bad..
salam kenal juga mba Maharani, semoga semangat selalu untuk menorehkan cerita dalam nuansa yang menginspirasi...
dek, blognya ku taruh di list sahabat,ya :D
makasii udah berbagi info di kompasiana.com :D
siph... semangat mba..
bikin novel yu mba...
EmoticonEmoticon