Perempuan imut sedang menangis sedu
sedan di dalam kamarnya. Duduk diatas bantalan buku cerita yang biasa dibacakan
oleh ibunya sebelum dia tertidur. Dea, seorang anak yang dirawat oleh single parent. Seorang diri ibunya
merawat sedari kecil hingga kini Dea berusia sembilan tahun. Terisak tangis
terus menghiasi wajah Dea hingga siang menjelang.
Ulang tahun. Itulah yang membuat Dea
sedih karena dia tak bisa merayakannya. Tak ada kado apapun dari ibunya apalagi
teman-temannya. Dea merasa dirinya tak dianggap dan tak lagi ada orang yang
menyayanginya. Ibu Dea selalu sibuk dengan toko barunya yang menjual baju-baju
bekas semenjak meninggalnya ayah Dea.
Ayah Dea meninggal dunia karena
kangker yang sudah angkut, mungkin ini karma karena terlalu banyak mengkonsumsi
alkohol dan minuman keras. Semua lelaki dewasa kini takan pernah bisa
meninggalkan hal yang dianggap sebuah lambang kejantanan. Rokok dan minuman
keras.
Menjelang sore hari Dea mulai
berfikir yang aneh-aneh. Dea berpikiran untuk kabur dari rumah untuk sehari
saja, mungkin ibunya tak lagi memperdulikan dirinya. Rencana meninggalkan rumah
akhirnya telah bulat dalam pikirannya, disiapkan semua barang-barang yang
diperlukan untuk hidup di luar selama seharian.
Perjalanan dimulai dari menyusuri
gang-gang kecil dan mencari tempat berteduh. Keringat telah terperas dan muka
mulai kusam setelah dua jam lamanya Dea berjalan di tengah teriknya matahari.
Semakin berusaha mengingat ibunya semakin dia marah dan berjanji takan pulang.
Di tempat beristirahat dan tidak sengaja melihat seorang remaja yang sedang
menunggu toko kecil yang menjual pakaian anak-anak. Toko itu kedatangan seorang
calon pembeli
“Silahkan bu dipilih bajunya…” ucap
penjaga toko kecil itu.
“Kalau yang itu kualitasnya bagus,
harganya juga sepadan dengan itu. 250 ribu satu pasang.”
Ibu calon pembeli itu terlihat
kaget dengan harga yang begitu mahal, sambil melihat-lihat baju itu.
“Waduh mba bisa kurang ga? Saya ga
punya uang sebanyak itu” terlihat muka ibu itu memelas dan mencoba meminta
keringanan.
“Kalo harga di sini sudah pas bu,
ga bisa dinego.” Jawab penjaga toko dengan sedikit tersenyum simpul.
“Saya beli satu pasang tapi belum
bisa lunas sekarang gimana? Saya butuh banget buat anak saya yang hari ini
ulang tahun. Besok deh saya lunasinnya. Sekarang saya tinggalin KTP saja.”
Pinta ibu yang terlihat kurus dari kejauhan.
Dea yang sedari duduk bersandar di
balik toko belum melihat muka ibu pembeli itu, mulai penasaran karena suaranya
mirip dengan ibunya dan dia juga penasaran karena menyinggung masalah ulang
tahun. Setelah melihat langsung muka ibu pembeli yang terlihat pucat, Dea langsung
menitikan air matanya dan menangis tanpa henti karena ternyata dia adalah
ibunda dea yang bersusah payah untuk membahagiakan Dea walaupun harus
menggadaikan KTP untuk membeli baju ulang tahun untuk Dea.
“Maafin Dea ma. Selama ini Dea
belum bisa mengerti mama. Mama ga usah ngasih KTP kalo mau beli baju buat Dea.
Dea masih punya baju yang bagus ko bu. Maafin Dea ya ma…” air mata Dea terus
menetes membasahi baju ibunya yang dipeluk erat.
“Lho Dea, sedang apa kamu
disini..?” Tanya Ibu kaget.
“Tadinya Dea mau pergi dari rumah
bu, tapi Dea ngliat ibu disini.”
“Hah, jangan gitu dong Dea, mama
kan sayang banget ma Dea, jangan pernah tinggalin mama..”
“Iya mah Dea janji bakal jadi anak
yang baik buat mama…”
Semarang, 18 Oktober 2012
Badiuzzaman
Semarang, 18 Oktober 2012
Badiuzzaman
Post Comment
EmoticonEmoticon