Kabar pengusaha muda?

Indonesia sebagai  negeri berkembang sepantasnya memiliki kekuatan ekonomi yang kuat. Berguna untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyatnya. Terhimpun dari semua otoritas yang berpengaruh di negeri ini, ada satu hal yang hampir luput dari pandangan kita. Pengusaha. Ya, mereka adalah orang-orang spesial yang  terus memperjuangkan ekonomi keluarga dan dirinya sendiri. Pengusaha terkenal dengan uangnya, padahal tidak semua pengusaha hanya melihat dari sisi finansial. Tergantung dari sudut pandang masing-masing, mengenai motif dan alasan mengapa mereka jadi pengusaha.

Beberapa saat yang lalu saya pernah bertemu dengan seorang pengusaha yang unik, dan baru pertama kali ini saya ketemu dengan model ini. Dia tengah lama menjadi pengusaha, ada 7 perusahaan yang dijalaninya. Penampilannya biasa saja, sederhana, tenang, calm, tanpa banyak omong layaknya orang biasa. Dari 7 perusahaannya itu hanya satu yang diambil untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, yang lainnya seluruh keuntungannya dihibahkan untuk yayasan sosial dan yang penting menyerap tenaga kerja.


"Mas, kenapa njenengan membangun usaha banyak-banyak? bukannya satu saja cukup, atau kenapa ndak dibesarin saja..?"
"Sebenarnya sudah besar ko...haha" ucapanya serasa ingin membuat tawa, tapi memang benar juga si demikian adanya.

"Trus alasan njenengan bangun banyak usaha kenapa mas?"
"Saya, begini.. ceritanya panjang." Memperbaiki posisi duduknya. "Semua pengusaha pasti punya alasan untuk menentukan pilihan hidupnya. Dulu pas waktu muda saya juga seperti anda, ambisius, pengen mencoba banyak hal. Ingin membuat kerajaan bisnis. Tapi lama-lama capek juga karena tidak ada tujuan yang jelas yang akan dituju. Lantas, saya banyak berguru dari pembisnis terkemuka, terutama bisnis yang berbasis agama islam. Pasti anda tau kan 9 dari 10 pintu rejeki ada di perniagaan. Tau kenapa Rasulullah menganjurkan kita untuk berdagang?"
"Hmm, agar kita mau berusaha mencari nafkah menggunakan di jalan-Nya..?"
"Ya, itu memang benar, tapi yang perlu dipahami bahwa usaha itu ibarat iman, usaha itu untuk memelihara ketaqwaan kita kepada-Nya. Maksudnya gini, jika usahamu sedang krisis, berarti sedang ada masalah pula dengan keimananmu. Coba deh praktekan, jika imanmu semakin baik usaha pun akan Alloh urus. Asal niatmu memang benar-benar di jalan-Nya. Nanti juga tau sendiri. Yang jelas ingat bahwa kita berbisnis dengan Alloh."

Sudut pandang setiap orang memang berbeda-beda, dan yang membedakannya adalah buku yang dibaca dan orang-orang yang disekitarnya. Selama berhari-hari semenjak  bertemu orang "unik" ini saya tak bisa mencerna apa yang dimaksudnya, hingga suatu ketika ada masalah yang menimpa usahaku dan ternyata benar yang diucapkannya. Harus menjaga iman untuk tetap menjaga bisnis berjalan dengan lancar.

 Kembali berbicara soal pengusaha yang ada di Indonesia. Saya yakin semua pasti sudah tau banget bahwa untuk menjadi negara maju indonesia membutuhkan 2% pengusaha dari total penduduk indonesia, dan sampai saat ini  berdasarkan informasi di detik.com indonesia hanya memiliki 0,8% saja. Sementara suara pembaharuan mengatakan berjumlah 1,56%. Berapapun itu yang penting indonesia masih membutuhkan banyak sekali pengusaha.

Saya kira Indonesia adalah negara strategis untuk membangun sebuah kerajaan bisnis, dengan masyarakat yang memiliki daya beli jauh dari normal (over) dan peluang pasar yang terbuka lebar (masyarakat konsumtif dan boros) serta stabilitas ekonomi yang lumayan terjaga, kecuali pada inflasinya. Mungkin itu salah satu yang membuat banyak investor dari luar negeri yang membidik indonesia untuk berinvestas. Namun sayang, ada satu hal yang cukup merepotkan pengusaha yakni soal berurusan dengan birokrat. Banyak suap, tidak jujur dan bikin geram. Hanya yang memiliki capital lebih yang mampu  berkuasa.

Sudah baca tentang kasak kusuknya menjadi PNS di sini, makanya jadi pengusaha saja. Hanya butuh sedikit kreatif, sedikit tantangan, sedikit inovasi dan berusaha. Cari peluang dengan menemukan kebutuhan masyarakat kemudian penuhi dengan mendapatkan keuntungan. Simpel kan...!!!

Walau bagaimanapun kita tetap menghargai para pelayan masyarakat (PNS), tetap menghargai pegawai dan pekerja swasta, karena tanpa mereka semua seorang pengusaha pun tak bisa berbuat apa-apa.


Semarang, 8 September 2013
Unknown
Unknown

Previous
Next Post »

Post Comment