Keringat Malam

Malam itu saya diajak mengikuti forum para petinggi kampus dengan  undangan yang teramat mendadak. Pembahasan satu demi satu agenda pun terus berlanjut sampai larut malam. Tak sedikitkpun saya bergeming. Sesekali ikut tersenyum dan tertawa mencairkan suasana. Di kepalaku muncul banyak sekali kata kata yang mungkin takan pernah selesai walau diungkapkan satu malam penuh. Namun tak ada satu cerca pun rasa keberanian untuk mengungkapkan itu. Mungkinkah karena saya yang termuda atau karena saya yang paling tak berhak berbicara dalam forum itu.

Sedikit demi sedikit saya terus berusaha untuk mengumpulkan tenaga, mental dan kata kata untuk berbicara. Namun sekali lagi tak dapat kesempatan yang tepat untuk berbicara, sampai pada  suatu ketika ada pesan yang datang dari pihak birokrasi dan disampaikan melalui saya. Saya pun dapat amanat untuk menyampaikan itu. Kembali ke tempat duduk, saya pun tak lagi bisa bergeming, hanya duduk diam seribu kata.

Satu jam, dua jam, tiga jam berjalan seolah saya hanya patung tak berarti yang berada di pjok ruangan bak hiasan yang tak lagi terpasang. Sedikit ku mencoba untuk memulai pembicaraan, namun kembali ke jalan buntu. Tidak berani memotong omongan petinggi lagi, sebenarnya banyak sekali pandangan ku yang berbeda dengan mereka, sampai malam larut dan inilah kesempatan terahir saya.

Keringan mulai berkucuran, jaket tebal pun mulai menipis terkena keringat. Ingin ku singkap sedikit lenganku ke atas namun seolah tidak sopan. Dan tak disangka dari pemimpin forum meminta pendapat mengenai editorial yang akan segera saya terbitkan, waduh,.. posisi tidak tepat, keadaan pun mulai panas. Semua melihat ke arahku, kembali ku mencoba untuk tenang dan bertindak seolah tak ada masalah. Tapi keringatku tak lagi berpihak padaku. Seolah grogi padahal tidak, seolah takut padahal.. ya hanya sedikit.

Kucoba memulai pembicaraan dengan menyampaikan amanah dari pihak birokrasi.. dan ett.. ternyata amanah yang saya bawa hanya separo, mereka sudah tahu dan mungkin ada sedikit salah penafsiran.. wah wah,.. dihadapan presiden dan ketua senat lagi.. malu tak kepalang. Lantas terus ku utarakan bagaimana pandangan ku tentang editorial yang ditanyakan. Saya ngrasa satu ruangan tertegun, tak tau tertegun kenapa, jangan jangan karena keringatku yang tak biasa, seolah ku teramat nerves..
Ya sudahlah walaupun pulang dalam keadaan menyesal, berharap ini adalah pembelajaran yang baiik... amin
Badiuzzaman
Badiuzzaman

Previous
Next Post »

Post Comment