Dengan kekayaan alam, budaya dan karakter bangsa yang melekat kuat. Dengan ramahnya, senyum manisnya dan kemuliaannya dalam membantu orang. Ringan tangan banget kan?
Tapi ada satu hal yang saat ini mengganjal dalam benak saya. Budaya Feodal. Budaya yang menempel turun-temurun menjadi karakter mayoritas bangsa indonesia.
Pengertian Feodal menurut KBBI adalah ini..
KBBI, pengertian feodal |
Mengenai katekter feodal yang terbentuk dalam diri kita sebenarnya harus segera dibenahi. Budaya malu yang terus melekat membuat kita sering minder dan tidak berani speak up. Membuat kita terdidik untuk terus menjadi pengekor bukan pelopor..!!!
Sewaktu SMA saya ingat betul, pada saat classmeeting. Sering kali kita adakan pensi (baca: pentas seni). Siswa-siswi berjoged ria di tempat penonton. Ketika salah seorang penyanyi berjoged ria dan mengajak penonton untuk ikutan berjoged, apa yang terjadi -tidak ada yang mau-. Aneh kan, jarang sekali ada yang berani tampil beda, berani maju, berani manggung. Berani unjuk gigi, bukan karena tidak bisa, tapi karena malu.
Ketika ada salah seorang yang terpaksa harus maju, dia bilang.
"Eh lu, ayok dong maju.. masa lu tega biarin gw maju sendirian.. malu lah.."
Akhirnya satu persatu pun siswa maju dan rombongan, grudugan, rame-rame. Begitulah anak muda Indonesia beraninya kalo rame-rame. Mana ada tawuran satu lawan satu.
-Gak ada loe gak rame- bukan itu.. tapi soal mental dan keberanian untuk speak up.
Sering kali ini terjadi, saat saya mengisi acara terutama untuk orang-orang yang berumur lebih muda. Mereka jangankan berani untuk bertanya. Saat saya melontarkan pertanyaan jarang sekali ada yang mengangkat tangan untuk menjawabnya. Saat saya tunjuk salah satu orang, dan dia tau jawabanya dengan benar. Anehnya hampir semua peserta tau jawaban ini. Aneh kan, kenapa tidak ada orang yang berani tampil beda dan speak up.
Sistem pendidikan kita mengajarkan untuk lebih banyak mendengar dari pada berbicara, saya menyayang kan akan hal ini. Mungkin anda termasuk dalam salah satu korbannya.
Anda mungkin bisa menyangka ini ini, suatu ketika seorang ibu dari Rusia berjalan-jalan bersama keluarganya mereka memiliki anak 4 tahun. Dan bagi mereka pantangan untuk memegang tangan anak itu selama berjalan-jalan di mall besar dan ramai.
Saat saya berusaha memegangi anak itu, malah saya dimarahi. (apa dikira fedofil) bukan bukan!!
Saya : Kenapa Mrs Schmidt?
Mrs : Biarkan dia berjalan sendiri, saya mau Olaf mulai belajar madiri?
Saya : Mandiri bagaimana?
Mrs : Kalau dia berjalan sendiri dia akan bebas kemana saja, berlari kesana kemari mencari hal-hal baru dalam hidupnya, menemukan apa yang dia sukai.
Saya : Tapi kalau terpisah?
Mrs : Tidak akan, mataku terus mengawasi kemana dia berlari, tapi dia tak perlu tau kan..?
Dalam hati saya merasa kaget, betapa bijaknya mendidik anak seperti ini. Membuat anaknya cepat tumbuh dewasa dan mampu mengemban tanggung jawab atas dirinya sendiri.
Sewaktu saya kecil, ketika ada tamu ayah saya. Saya sedang bermain di ruang tamu, pasti diminta keluar dan bermain diluar atau menemui ibu saja. Bukan untuk menyalahkan bapak saya, mungkin karena memang budayanya seperti itu.
Sementara di Rusia anak-anak akan dipanggil semua dan diperkenalkan dengan tamu yang datang. Tanpa rasa canggung, mereka bercanda ria dan dengan cepat begitu akrab dengan tamu. Sementara di Indonesia, tidak diajarkan demikian. Anak-anak lebih takut atau mungkin sangat menghormati orang tua, sehingga ngobrol dengan orang yang berumur jauh lebih tua pun rasanya sangat canggung dan jarang sekali ada anak kecil yang berani melakukannya.
Beginilah dampak budaya feodal, menelorkan orang-orang yang bermental jadi pengekor, hanya bisa mengikuti bukan mempelopori. Nah, mumpung anda tau, mulai lah dari sekarang ubah pola pikir dan jadilah orang yang bermental kuat, berani mencoba hal yang baru dan barani tampil beda...!!!
Follow @badinesia
Post Comment
4 komentar
(h)
Terimakasih kunjungannya mas bro.. :)
semua jenis budaya, ada segi positive dan negatif. Perubahan selalu membawa dampak.
jika semua orang jadi ingin jadi pelopor, nanti tidak ada orang yang mau dipelopori bagaimana hayoo?
Betul mas Aris, semua yang ada di Dunia memang sudah ditakdirkan untuk keseimbangannya masing-masing. :) Mari jadi pelopor dalam kebaikan jika belum ada dan mengikuti yang baik-baik saja.
EmoticonEmoticon