Buku Madre |
Judul : Madre
Penulis :
Dewi Lestari (Dee)
Penerbit : PT
Bentang Pustaka
Cetakan : II,
Agustus 2011
Tebal : 160
halaman
ISBN : 978-602-8811-49-1
Salah satu karya Dee
yang juga membuat orang penasaran. Judulnya terlalu aneh dan menggelitik.
Dengan senggolan simbol kunci pertanda
misterius. Di bagian belakang sampul ada
tulisan khas yang membuat orang kenal kalau itu adalah ciptaan Dee. “Apa
rasanya sejarah hidup kita berubah dalam sehari? Darah saya mendaadak
seperempat Tionghoa, nenek saya ternyata tukang roti, dan dia, bersama kakek
yang tidak saya kenal, mewariskan anggota keluarga yang tak pernah saya tahu
Madre.” Bagaimana tidak, novel yang biasanya membuat orang hampir mati
penasaran hanya Dee.
Pertama kali
membaca bagian ini, saya tak pernah bisa menebak apa itu madre? Dan apa maksud
tulisan tadi. Mungkin hanya penulis dan editornya bang sitok srengenge yang
tau. Rasa penasara itu benar-benar menggerogoti sendi-sendi tangan dan kaki
untuk segera melangkah maju membaca buku ini sampai selesai. Dua kali duduk
buku ini pun selesai. Ringan. Membuat
orang penasaran, kata-katanya begitu natural dan terlalu sulit ditebak oleh
orang biasa sepertiku.
Kisah utama dari
buku ini adalah tentang seorang keturunan blasteran Tionghoa, India dan
Indonesia mendapat warisan Madre. Sebuah benda yang dihidupkan selama puluhan
tahun bahkan umurnya lebih lama dari pemilik dan pembuatnya. Selalu diberi
makan setiap hari. Madre juga memberi
makan pemilik dan orang-orang yang ada di sekitarnya dengan caranya sendiri.
Madre bisa mati. Madre bisa juga dibuat, tapi tak sembarangan tangan
membuatnya. Dia hanya bisa dipakai oleh orang-orang yang memang sudah
ditakdirkan untuk bersamanya.
Menjadi incaran
orang-orang yang mengerti kuliner. Madre tidak dijual, tidak pula dialihkan
kepada siapapun. Madre hanya bisa digunakan oleh orang yang sudah diwariskan.
Diala Tansen. Tak tahu apa-apa tentang kuliner. Tapi dari tangannya keluar
keajaiban yang tak pernah orang lain tau. Tansen De Bakker jadinya. Tansen si pembuat roti. Penasaran Madre
itu apa? Makanya baca buku ini. Ga
bakalan nyesel deh. Sampai sekarang saya juga tak habis pikir. Di dunia nyata
bener-bener ada yang namanya madre ga ya. Mungkin saja ada atau hanya khayalan
Dee saja. Entahlah…
Selain cerita
Madre, buku ini juga menyuguhkan puisi-puisi yang eksentrik. Walaupun saya
paling males baca puisi tapi sedikit banyak saya lirik untuk tambahan
pengetahuan. Dan beberapa lagi kisah-kisah singkat yang salah satunya ada di
blognya Dee. Sepertinya saya sudah baca itu, tapi tetap saja kali ini dibaca
sampai selesai. Pemilihan katanya terlalu memukau untuk ditinggalkan.
Benar-benar khas Dee.
Dibalik semua
kelebihan Dee, ada beberapa yang kurang sependapat dengan hemat saya. Pemikiran
Dee terlalu “Liar”. Atau apapun saya tak bisa menemukan kata yang pas untuk
ini. Mungkin kalau Dee mau membaca AlQuran,
diluar ribuan buku yang pernah dibacanya mungkin Dee akan menemukan
Jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaan yang telalu liar itu.
Tapi sejauh ini
tulisan Dee cukup menggugah. Membuatku menjadi semakin rajin membaca. Terlalu
banyak kata yang harus dibaca selama hidup ini. Sepertinya yang lebih cocok
jadi duta baca itu Dee.
Semarang, 17 Januari 2013
Badiuzzaman
Post Comment
EmoticonEmoticon