Pulau penyu, sebutan untuk sebuah destinasi wisata di Bali. Pemandangannya indah, bawah air, tapi sayang banyak bulu babi di sana. (Gak bisa snorcle) Awal kali menginjakan kaki di sana sekitar 4 tahun yang lalu, dan kini ternyata sudah banyak mengalami perubahan dan kerusakan. Karang dan biota airnya rusak. Tapi fasilitas syukurnya bertambah.
Sang Pencipta memang sengaja menghadirkan manusia di muka bumi ini sebagai Khalifah yang mengelolanya. Memanfaatkan dan melestarikan. Tapi apa daya, kalau semua itu sekarang berpangkal pada uang. Semua diuangkan, semua dijadikan bisnis. Asal bapak senang, asal bos ngasih komisi semua bisa diatur. Lantas apa jadinya jika itu menimpa para satwa satwa kita yang dilindungi, diperjual belikan dengan bebas. Dipertontonkan dengan pungutan biaya, dipermak selucu mungkin. Kurang lucu apa sih mereka itu..!!!
Saya kaget ketika beberapa saat yang lalu kembali berkunjung ke sana, sudah menjamur kavling kavling milik swasta yang dengan sengaja mempertontonkan satwa yang dilindungi ini. Layaknya seperti kebun binatang mini yang terawat bersih, seperti tempat wisata swasta yang diperdagangkan. Bener... seperti dagangan. Para pramuniaga yang tengah berdiri tegak, bersorak di depan garda depan tempatnya masing masing.
"Blii.. bli.. disini lebih lengkap..."
"Bli.. disini unik unik..."
Gaya pemasaran yang bikin gregetan. Itulah Indonesia, entah karena pemerintah kurang mampu mengelola tempat wisata ini sehingga dilimpahkan ke swasta atau karena pemerintah kekurangan modal. Yang jelas pemandangan ini gak enak dilihat, masa kawasan pantai yang notabene common property, milik umum. Diperdagangkan dan diperjual belikan. Dimana martabat bangsa ini.
Saya termasuk yang melanggar, melanggar peraturan dan mengabaikannya. Salah siapa? pemerintah? rakyat? atau salah bunda mengidam...?
Apapun itu, semoga indonesia semakin lebih baik.
Satwa satwa ini diperdagangkan dengan bebas atau bersertifikat saya nggak tau, entah ilegal yang bersertifikasi atau sertifikasinya yang ilega. Semua kembali pada kemaua dan kemampuan para stakeholder yang menanganinya. Mari kita dukung kelestarian satwa dan stop perdagangan satwa gelap.
Semarang, 21 November 2013
Badiuzzaman
follow @badi_uzzaman
Post Comment
EmoticonEmoticon